Bamby Cyber- Pelarangan konser penyanyi dan
komedian Aceh, Bergek belakangan mengundang banyak perhatian dari
seluruh kalangan di Aceh. Sebagian masyarakat Aceh ada yang mendukung
larangan tersebut. Bahkan sebagian kalangan lainnya menyayangkan
tindakan yang diambil oleh otoritas pemerintah daerah itu.
Menurut Pengamat dan peneliti seni Aceh,
Teuku Abdul Malik kondisi yang terjadi saat ini justru membuat Bergek
menjadi seorang artis Aceh yang fenomenal.
"Terlepas dengan segala kontroversi
tentang Bergek, tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah saat ini
dengan mengeluarkan larangan konser, bahkan hingga dikecam membuat
popularitas Bergek makin naik daun, apa lagi membuatnya disorot oleh
media internasional," katanya di Banda Aceh, Jumat (08/04/2016) malam.
Menurutnya Bergek tidak jauh beda dengan
penyanyi Aceh lainnya yang menawarkan genre musik Aceh yang berciri
khas campuran musik dangdut dan musik India. Bedanya Tambahnya, Bergek
mengabungkan lirik lagunya yang berbahasa Aceh dengan bahasa Indonesia.
"Kalau bahasa Aceh dicampur dengan bahasa Indonesia dengan logat Aceh yang fasih tentu terdengar lucu dan kocak," jelasnya.
Terlepas dengan segala kontroversi yang
kini tengah mencuat, Abdul Malik menilai faktanya saat ini masyarakat di
Aceh menyukai lagu-lagunya. Bahkan fansnya tidak hanya dikalangan
remaja, tetapi juga ibu-ibu dan anak-anak.
"Bagaimanapun pasar musik di Aceh itu
yang kini disukai, ya, seperti lagu Bergek, terlepas dia dikecam juga
konsernya dibatalkan dengan alasan yang tidak jelas tapi publik di Aceh
sangat menanti dan menyukai hiburan yang bergek tampilkan," kata pria
yang juga seorang pembuat film indie ini.
Bergek atau yang bernama asli Zuhdi
merupakan penyanyi sekaligus komedian Aceh yang karirnya melejit lewat
lagunya yang berjudul Boh Hatee dalam album Dikit-dikit 2. Album
tersebut kini terjual hingga mencapai 300.000 keping di seluruh Aceh.
Namun sayang aksinya tidak dapat dilihat
secara langsung lewat konser. Beberapa daerah di Aceh justru
membatalkan konsernya seperti di Aceh Barat daya (Abdya), Bireuen, Aceh
Barat dan yang terakhir Lhokseumawe. [krs]
0 comments:
Post a Comment