Bamby CYber– PIDIE, Sejak zaman Belanda emping melinjo asal Kabupaten Pidie sudah dikenal oleh masyarakat bukan saja di Aceh, tapi juga oleh masyarakat provinsi lain di Indonesia selama puluhan tahun, pohon melinjo telah memberikan kehidupan bagi ribuan masyarakat Kabupaten Pidie khususnya dibidang peningkatan ekonomi oleh sebab itu Pidie disebut kota “Kuerupuk Mulieng”.
Produksi emping melinjo dilakukan hampir diseluruh Gampong di Kabupaten Pidie, jumlah unit usaha mencapai 2.650 unit dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 5.304 orang dengan kapasitas produksi mencapai 1.672 ton per tahun,
Proses produksinya masih dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana oleh kaum ibu, remaja putri yang sebagian besar dari mereka sudah menjadi pekerjaan tetap.
Bagi mereka yang tidak memiliki modal usaha biasanya bekerja dengan cara di upah oleh para tengkulak dengan bayaran yang mereka terima akan diukur dengan hasil produksi per Kilogram. Untuk setiap satu Kg mereka dibayar dengan harga 8000 Rupiah.
Masih banyak para ibu-ibu rumah tangga yang memproduksi Kuerupuk Mulieng secara mandiri dimana bahan baku mereka peroleh dari hasil kebun mereka sendiri dan ada juga yang dibeli pada pihak lain.
Selain dipasok untuk kebutuhan pasar di beberapa kota besar di Indonesia emping melinjo Pidie juga di ekspor kenegara Malaysia dan Singapura sesuai dengan data dari dinas perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha kecil menengah (Disperindagkop dan UKM) Pidie kuota ekspor mencapai 8 sampai dengan 10 Ton per Tahun.
Harga jual di pasar-pasar tradisional saat ini di berkisar antara 40 ribu per Kilogram sampai dengan 60 ribu rupiah, sesuai dengan kualitas barang.
Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh pada saat berkunjung ke kabupaten pidie, emping melinjo merupakan bahagian yang tidak dilupakan sebagai oleh-oleh dibawa pulang untuk keluarga.(Krs)
0 comments:
Post a Comment